Kuhembuskan nafas panjang. Sudah lama
aku tidak datang ke tempat ini. Kusapu pandangan ke sekeliling. Masih
sama seperti terakhir kali. Terakhir kali kesini, aku sempat menginap.
Teringat bagaimana malam itu begitu panas, begitu bernafsu. Aku selalu
tersenyum sendiri setiap kali mengingatnya. Akhirnya kuketuk pintu
bernomor 11 itu. Pintu terbuka. Kulihat sosok yang kukenal. Dia adalah
Dani.
“Hei Kak..” Dia tersenyum. Aku membalasnya.
“Hei..” Dipersilakannya aku masuk.
Cerita Sex, Didalam kembali kusapu pandanganku.
Masih rapi seperti terakhir kuingat, kecuali ranjang. Sprei penutup
ranjang terlihat sedikit lecek. Dapat dimaklumi, karena kutahu pacar
Dani ada disini. Pastilah mereka sempat bermesrDani tadi. Aku kesini
memang ingin bertemu dengan Marta. Itu adalah nama pacar Dani.
“Marta nya lagi mandi tuh Kak, ditunggu aja sebentar.” Kuanggukkan kepala.
Cerita Dewasa, Memang terdengar suara gemercik air. Kulihat Dani memakai lagi kaosnya. Tadi saat menyambutku, dia hanya bercelana pendek.
“Duduk aja Kak, bersih kok. Kita tadi nggak ML, cuma tidur-tiduran doang sambil nonton TV.” Dani nyengir.
Kubalas dengan tawa kecil. Sepertinya Dani bisa membaca pikiranku.
Kulihat tidak ada kursi. Semula aku ragu untuk duduk diranjang. Dia tahu
kalau aku suka kebersihan. Kami cukup tahu kebiasDani satu sama lain,
meski jarang bertemu. Dani sempat menawariku minum, namun kutolak. Dia
pun lalu duduk disampingku.
“Gimana kuliah kamu?” tanyaku.
“Lumayan, semester ini IPK udah 3,5. Abis sekarang udah punya dosen private cantik.” Kali ini aku tertawa lebar.
Pasti akulah yang dimaksudnya dosen ‘private’ itu. Dia mengambil
jurusan ekonomi, sama sepertiku saat kuliah dulu. Kini percakapan kami
via sosial media sudah berkembang. Tidak hanya membahas soal-soal mesum,
tapi juga akademis. Bahkan kuberikan dia kuliah singkat, saat terakhir
ada dikamar ini. Kubantu dia menyusun paper ekonomi mikro. Itu semua
kami lakukan sambil telanjang, tentunya.
Ditengah obrolan, Dani memegang tanganku. Dia bilang kalau dia kangen
menyentuhku. Kami berciuman. Disentuhnya tubuhku dan kubiarkan saja.
Saat menyentuh payudara, dia bergurau kalau terasa makin besar.
Tertawaku dibuatnya. Kubilang ukurannya masih sama. Dia memang tidak
berbohong kalau dia kangen. Beberapa kali Dani mengajak bertemu, tapi
tidak kupenuhi. Aku tidak mau kalau kami jadi terlalu dekat. Syukurnya
Dani masih bisa mengerti. Mengerti akan situasi hubungan kami.
“Aku suka banget ngeliat kakak pake seragam kerja gini. Seksi, bikin horni,” ucapnya sambil mengelusi pahaku.
“Hei, hei..” Kutepis tangannya. Kuingatkan dia. Aku datang bukan
untuk bercinta. Dia nyengir, sambil menggaruk kepalanya. Kelihatan kalau
Dani mulai bergairah. Harus kuhentikan sebelum makin parah.
“Iya, iya deh Kak, tapi celana dalamnya boleh sekarang dong? Udah janjikan?” Kutoel hidungnya. Dia pun nyengir lagi.
Kemarin aku memang menjanjikan hal itu. Marta boleh kujemput, asalkan
dibarter celana dalam. Terdengar sedikit aneh memang. Beberapa kali
sudah Dani memintanya. Bahkan sejak pertama kali kami bercinta. Katanya
sih untuk kenang-kenangan. Beberapa kali kuiyakan, namun belum juga
kuberikan. Kubuka tas jinjing. Kuambil dari sana sebuah benda mungil
berenda.
“Nggak mau ah yang itu.”
Dia menolak saat aku menyodorinya. Aku mengerutkan kening. Padahal kutahu itu adalah model favoritnya.
“Maksudnya?” tanyaku penasaran. Dani lalu mengacungkan jarinya kearah rokku.
“Aku mau yang ada di dalem sana.”
Tanpa menunggu tanggapanku, tangannya langsung bergerak. Diangkatnya
ujung rokku sedikit. Berusaha dia memasukkan tangannya kedalam. Meski
berupaya kucegah, namun akhirnya Dani berhasil. Dia berhasil menyentuh
kain tipis yang ada disana. Masih berusaha kucegah kemauan Dani. Celana
dalam yang kupakai nggak seksi, begitu alasanku. Dan itu benar adanya.
Modelnya memang biasa saja. Namun, dia seakan tidak peduli. Dia terus
memaksa. Akhirnya kuiyakan kemauannya, asalkan dilakukan pelan-pelan.
Dia pun kegirangan. Dani langsung jongkok ditepi ranjang. Kedua
pahaku dibukanya lebar-lebar. Kini kewanitaanku tepat berada didepannya.
Tangannya merogoh lagi kedalam. Dia tersenyum saat menemukan apa yang
dicarinya. Pinggiran karet celana dalamku. Mulai ditariknya perlahan.
Kain mungil itu terus melorot turun. Sampai akhirnya terlepas.
Ditempelkannya ke hidung, sebelum dimasukkan saku.
“Wangi Kak. Isinya sama wanginya nggak ya?” Berusaha dibukanya lagi kedua pahaku.
Namun, kali ini bisa kucegah. Dia sudah dapat apa yang dia mau. Tidak
akan kuberi lebih. Aku tahu kalau kulemah, kalau Dani mulai memainkan
lidah.
“Dani, jangan Dani.. tolong jangan..” Dia terus berusaha, berusaha dan berusaha.
Akhirnya aku tidak lagi kuasa. Tidak kuasa untuk bertahan. Pahaku pun
kembali terbuka lebar. Kepala Dani kini sudah ada dalam rokku.
Kurasakan lidahnya mulai menyapu kewanitaanku. Terus menari-nari didalam
sana. Sensasi geli-geli nikmat kurasa. Tubuhku lalu terjerembab
diranjang. Terlentang pasrah tanpa perlawanan. Kupilih untuk menikmati
saja sensasi itu. Sedang asyik berdua, tiba-tiba pintu kamar mandi
terbuka.
“Klek!” Kupalingkan wajah.
Kulihat Marta berdiri didepan pintu. Dengan tubuh terbalut handuk. Ditambah ekspresi penuh kekagetan.
“He-hei Marta,” ucapku. Masih dalam posisi terlentang.
“He-hei Kak Dita.” Suasana menjadi canggung.
Kami berdua saling menatap beberapa saat. Sedangkan dibawah sana,
Dani masih sibuk dengan lidahnya. Kuangkat tubuhku. Kutepuk-tepuk pundak
Dani, sambil memanggil namanya. Kuminta dia keluar dari rokku. Dia pun
menarik kepalanya. Tersadarlah dia kalau Marta sudah selesai mandi.
Namun bukannya panik, gairahsex.com dia malah nyengir. Dan melambai
kepacarnya. Ajaibnya, kecanggungan itu hanya berlangsung sebentar.
Kemudian semuanya kembali normal. Normal seperti tidak pernah terjadi
apapun. Dani membuatkan teh untuk kami bertiga. Marta berias dan
memakai pakaian. Sedangkan aku menonton televisi. Cukup kagum aku dengan
Dani. Entah bagaimana cara dia mengendalikan Marta. Sebagai cewek, aku
cukup penasaran. Bagaimana Marta tetap terlihat santai, setelah melihat
pacarnya dan aku. Melihat apa yang barusan kami lakukan. Perlu kucari
tahu jawabannya nanti.
“Udah selesai Kak, berangkat sekarang?” ucap Marta padaku. Aku berdiri dan mengambil tas.
“Boleh. Yuk.”
“Yah, ditinggal sendirian deh.” Dani ikut berdiri dan merengut.
Marta dan aku saling pandang. Lalu melempar senyum. Kompak kami
melambai ke Dani. Sempat pula kami lemparkan ciuman jauh. Rengutan Dani
pun semakin menjadi.
“Wow, kamarnya luas banget Kak!” Marta berseru sumringah. Langsung
dia berlarian disekitaran kamar. Dia juga menuju ke balkon belakang.
Disana dia menyerukan kekaguman yang sama. Begitu pula saat
menghempaskan diri diranjang. Geli aku melihat tingkah konyolnya itu.
Seperti itulah Marta.
Aku belum mengenalnya lama. Tapi yang kutahu, dia memang sangat ekspresif. Apalagi untuk sesuatu yang membuatnya antusias.
“Aku mandi dulu ya Mart , kamu santai aja dulu.” Kulihat dia mengangguk.
Marta telah memegangremote televisi. Channel luar negeri bergantian
muncul dilayar. Mulai kubuka satu persatu seragamku. Kubiarkan Marta
melihatku menelanjangi diri. Toh kami sama-sama waMarta, pikirku. Lagi
pula dikosan Dani tadi, Marta juga melakukan hal yang sama. Dan dia
tidak malu melakukannya.
Setelahnya, kubalut tubuhku dengan handuk dan masuk kamar mandi.
Didalam aku tidak lama. Hari ini tidak ada tugas luar, jadi kurasa
tubuhku masih cukup bersih. Hanya lama kubasuh betis dengan air hangat.
Kuurut-urut pelan. Urat-uratnya terasa sedikit tegang. Mungkin karena
tadi banyak berdiri memakai high heels. Kukeringkan tubuhku setelah
selesai. Dan kupakai kimono sebelum keluar. Diluar kulihat Marta sedang
tiduran. Dia kelihatan serius menonton film. Duduk aku ditepi ranjang.
Marta menoleh dan tersenyum.
“Kakak cantik loh, badannya juga bagus,” ucapnya Aku tersipu.
Belum pernah aku dipuji sesama waMarta sebelumnya. Pernah sih, cuma tak sepolos ucapan Marta tadi.
“Ah, kamu juga cantik banget kok Mart.” Gantian dia tersipu.
Aku tidaklah berbohong. Marta memang gadis yang berparas cantik.
Rambut panjang dicat pirang. Postur tubuh proporsional. Dia juga sangat
fashionable. Idaman laki-laki normal pada umumnya. Mirip denganku kala
mahasiswa dulu. Boleh dong sombong sedikit.
Saat itu kami ada disebuah kamar hotel. Hotel berbintang dipinggiran
kota. Dua orang waMarta cantik dikamar hotel? Eits, jangan berpikir
macam-macam dulu. Kami berdua normal, bukanlah penyuka sesama jenis.
Disini kami sedang menunggu seseorang. Dia memang bilang akan datang
sedikit terlambat. Kesempatan itu kupakai untuk ngobrol dengan Marta.
“Kamu udah lama kenal sama Dani?”
“Udah hampir dua tahun lebih Kak.”
Obrolan berlangsung santai. Banyak hal yang akhirnya kutahu tentang
Marta. Ternyata dia punya kehidupan yang sulit. Dikota ini dia tinggal
sendiri. Kuliah adalah cita-citanya, namun ekonomi keluarganya kurang
mampu. Karena itu dia harus bekerja demi biaya kuliah. Segala pekerjaan
diambilnya. Sebagian adalah pekerjaan paruh waktu. Aku kagum mendengar
semangatnya itu.
Disanalah lalu dia bertemu Dani. Dani membantunya mendapat beasiswa.
Dani juga membantunya mendapat pekerjaan. Menjadi staf di perusahaan
kenalan ayah Dani. Atas bantuan Dani itu, Marta menerima ajakannya
berpacaran.
Marta memang kerap memilih pacar berdompet tebal. Semata guna
menyambung hidup. Konsekuesinya tentu saja ada. Bersetubuh salah
satunya. Diakui Marta kalau Dani bukan laki-laki pertamanya. Namun
bersama Dani, dia melakukan seks dengan cinta. Dia tahu Dani pacar yang
setia. Maka ketika tahu Dani berselingkuh, dia cukup kaget. Hanya saja
saat Dani mengenalkan diriku, Marta mengaku lega. Dia bersyukur Dani
tidak tidur dengan waMarta sembarangan. Begitu pengakuannya. Sejak
itulah aku dan Marta menjadi dekat. Sedang asyik mengobrol, bel pintu
berbunyi.
“Ting tong, ting tong..”
Bangkit aku dari ranjang, dan berjalan kepintu. Kuintip siapa diluar.
Kuberi isyarat Marta untuk bersiap-siap. Bunyi bel kedua kubuka pintu.
Disana berdirilah dia yang kami tunggu. Dia adalah suamiku. Dia
tersenyum dan memelukku. Diciumnya pula keningku. Tak lama datanglah
Marta membawa cake. Suami terlihat kaget mengetahui aku tidak sendirian.
“Happy birthday!” teriakku dan Marta bersamaan.
“Ma-makasi.” Suamiku kini mulai terlihat kikuk.
Aku dan Marta mulai bernyanyi. Kutarik tangan suami kedalam kamar.
Walau masih kelihatan bingung, dia menurut. Usai bernyanyi kuminta suami
meniup lilin. Saat lilin padam, mata suami belum juga lepas dari Marta.
Aku tidak menyalahkan dia sih. Marta memang sosok yang menarik. Sampai
aku berdehem, barulah pandangan itu teralihkan.
“Kenalin nih Pa, ini namanya Marta. Marta ini dia suami kakak.” Mereka pun berjabat tangan.
“Saya Marta Om, saya ‘kado’ ulang tahunnya Om..” Suami mengernyit, sedang aku sendiri tersenyum geli.
Tersenyum karena celetukan Marta yang to the point. Juga karena
melihat ekspresi suami. Dan karena mendengar panggilan ‘Om’ dari Marta
untuk suamiku. Lucu saja mendengarnya. Suami memandangiku penuh tanya.
Baru aku hendak menjelaskan, Marta sudah melanjutkan kalimatnya.
“..Saya disuruh kak Dita buat nemenin Om bobo
malem ini.” Tambah bingunglah suamiku.
Aku pun tidak bisa lagi menahan tawa. Gaya bicara ceplas-ceplos Marta
mengingatkanku pada Putri. Salah satu rekan kerjaku di kantor. Gaya
flirting-nya pun sama percis. Kalau keduanya bertemu mungkin bisa
disangka kakak beradik. Malah pesta ulang tahun nyeleneh ini, sebenarnya
adalah ide Marta. Sekalian kenalan dengan suamiku, begitu katanya.
Guna mencairkan suasana, kupesan makanan. Kami mengobrol sambil makan
malam bertiga. Situasi sedikit kaku diawal, namun kemudian perlahan
jadi santai. Marta ternyata pintar sekali bersosialisasi. Suami yang
semula kikuk, kini terlihat nyaman. Begitu pula saat kami pindah ngobrol
di ranjang. Kulihat lama-lama wajah suami memerah. Birahinya mungkin
mulai bangkit. Wajar saja, karena ada rangsangan hebat didepannya. Marta
cuek duduk bersila,padahal tahu dia memakai rok pendek. Begitu pun saat
merubah posisi kaki. Cuek saja dia membiarkan celana dalamnya terlihat.
Belum lagi tonjolan dibalik tanktop ketatnya. Benar-benar menggoda
mata.
Ketika Marta permisi ke kamar mandi, suami berbisik padaku. Aku
tersenyum. Kuanggukkan kepala sebagai jawaban. Dan suami balas
tersenyum. Sempat kutanya keadaan si kecil dirumah mertua. Suami bilang
baik-baik saja.Sama sekali tidak rewel. Mungkin akan kutelpon dia nanti.
“Mart, waktunya buka ‘kado’ nih,” ucapku saat Marta keluar.
Sepertinya Marta mengerti maksudku. Dia tersenyum kearahku.
Diangkatnya kedua jempol. Marta lalu berjalan mendekati suamiku, dan
duduk disampingnya.
“Marta yang buka, apa Om yang buka?” Lagi-lagi celetukan Marta
membuatku tertawa. Suamiku ikut tersenyum. Benar-benar blak-blakan
banget nih anak, pikirku. Ekspresinya begitu santai. Terlihat sekali
kalau membuka pakaian didepan laki-laki, bukanlah hal asing buat Marta.
Suami sepertinya tak kuat lagi menahan nafsu. Dipeluknya Marta, dan
mulai dipagut bibir gadis itu. Marta melayani pagutan suami dengan baik.
Bahkan saat suami memainkan lidah. Marta ikut mengadu lidahnya. Suami
meminta Marta berdiri. Setelahnya, suami mulai menelanjangi Marta.
Diawali dari tanktop, lalu rok pendeknya.
Suami sengaja melakukannya secara perlahan. Tersisa hanya pakaian
dalam, suami berhenti sebentar. Dipandanginya tubuh sintal itu dari atas
kebawah. Mirip banget dengan bodiku, demikian komentar suami. Tersipu
akumendengarnya, sekaligus merasa bangga. Tidak dapat kubantah komentar
itu. Bukannya risih dipandangi kami, Marta malah dengan pede berpose.
Dia bahkan berputar beberapa kali bak seorang model.
“Sini Marta bantu bukain bajunya Om. Maudisepong sekalian Om?”
“Bo-boleh,” sahut suami singkat.
Sungguh sebuah tawaran yang tidak bisa ditolak. Mulailah Marta
mempreteli pakaian suamiku. Saat Marta menurunkan boxer, penis suami
langsung mengacung. Marta jongkok, dan memasukkan penis itu kedalam
mulutnya. Mulai dia mengulum. Melihat Marta mengulum, aku jadi
terangsang. Ini kali pertama kulihat adegan seks secara langsung.
Dibalik kimono, sekujur tubuhku bergetar. Berdiri dan kudekati suami.
Kudaratkan ciuman dibibirnya. Ciuman itu dalam sekejap berubah jadi
panas. Suamiku pun harus berbagi konsentrasi. Antara ciumanku dan
kuluman Marta.
Sambil berciuman, tangannya membuka kimonoku. Terlepaslah kain mandi
itu. Kini akupun telanjang. Suami memainkan puting payudaraku. Beberapa
lama, suami meminta Marta berdiri.Dibukanya bra dan celana dalam Marta.
Dan kami bertiga kini sepenuhnya telanjang. Suami merebahkan diri
diranjang. Dimintanya lagi Marta mulai mengoral. Marta menurut.
Melihat posisi pantat Marta yang terangkat, kuambil inisiatif.
Kusentuh vaginanya dari belakang. Sejenak Martamenoleh, lalu melempar
senyuman. Jujur ini kali pertama kusentuh vagina waMarta lain. Begitu
Martalanjut mengoral, kurabai lagi vaginanya. Bahkan tak lama, mulai
kumainkan lidahku disana. Rasanya aneh tapi menyenangkan.
“Om, masukin ya?” Kudengar suami berbicara pada Marta.
“Iya Om,” sahutnya singkat.
Marta bangkit dan mendekatiku. Aku yang duduk ditepi ranjang
dibuatnya kaget. Mendadak dia mencium bibirku. Bukan ciuman pertamaku
dengan sesama waMarta. Hanya saja, terasa beda saat Marta yang
melakukannya. Aku bukanlah lesbian, begitu pun Marta. Namun, ciuman
Marta sungguh nikmat rasanya. Soal variasi seks macam ini, harus diakui
aku kalah dari Marta.
“Makasi udah dibantu bikin basah Kak, yuk sekarang giliran.”
Tanpa menunggu jawaban, dibantunya aku terlentang. Dibukanya pahaku
lebar-lebar. Berikutnya lidah Marta menari didaerah kewanitaanku.
Sensasi geli pun langsung menjalari tubuhku. Dijilati pula pahaku dan
daerah sekitarnya. Marta sendiri kini sedang digenjoti oleh suamiku.
Digenjot dalam posisi dogie. Suamiku berdiri ditepi ranjang. Terlihat
bersemangat dia menyetubuhi Marta.
“Mmhh.. mmhh.. mmhh..”
“Aaahh.. aahh.. aahh..”
Desahan Marta terdengar tertahan. Tertahan oleh bibir vaginaku.
Justru yang kini terdengar adalah desahanku. Desahan karena tusukan
lidah Marta. Tidak lama kami bertiga berganti posisi. Kini aku dan Marta
sama-sama terlentang. Terlentang mengangkang. Selangkangan kami berada
di tepi ranjang. Disana pula suamiku berdiri. Posisi ini memudahkan
suami bergantian menggenjoti kami. Beberapa genjotan, penisnya ada di
vaginaku. Beberapa genjotan lagi, penisnya ada di vagina Marta. Demikian
seterusnya. Terus bergantian.
“Aaahh.. aahh.. aahh..”
“Ooohh.. oohh.. oohh..”
“Aaahh.. aahh.. aahh..”
Desahan kami bertiga terdengar makin keras. Sampai memenuhi penjuru
kamar hotel. Menunggu giliran digenjot, Marta menatapku. Dia tersenyum
dan kubalas. Diciumnya lalu bibirku. Masih tetap terasa nikmat seperti
sebelumnya. Marta juga nakal menjilati telingaku. Salah satu dari titik
sensitifku. Itu membuatku kian bergairah.
Saat suami ganti menggenjot Marta, kusentuh klitorisku sendiri.
Kuputar-putar karena terasa gatal. Cukup sebagai selingan, sambil
menunggu giliran. Gantian kini kucium bibir Marta. Ditengah ciuman,
mendadak tubuhnya menegang. Desahan Marta mengencang. Rupanya suamiku
mempercepatgenjotannya. Marta sampai memejamkan matanya.
Suami memegangi kedua lutut Marta. Dipakainya sebagai tumpuan.
Genjotan suami kian cepat, dan terus makin cepat. Sampai terdengar
sebuah erangan panjang. Suami sukses membuat Marta orgasme. Ditarik
penisnya dari vagina Marta. Berganti masuk ke vaginaku. Sama seperti
tadi, genjotannya juga cepat. Giliran aku dibuatnya bergelinjang.
Kututup mata dan kugenggam erat sprei.
Malam itu, suami seperti berada dipuncak birahi. Staminanya terasa
benar-benar berbeda. Selagi digenjot suami, kurasakan sentuhan
dipayudara. Marta ternyata yang melakukannya. Dia sepertinya sudah
tersadar dari orgasmenya tadi. Tidak hanya menyentuh, Marta juga
mengulum putingku. Bergiliran kanan dan kiri. Tubuhku makin hebat
bergelinjang. Diserang sensasi nikmat atas dan bawah. Rasanya sungguh
luar biasa. Tak pernah kualami seperti itu sebelumnya.
“Aaahh.. aahh.. aahh..”
“Aaahh.. aahh.. AAAHHH..!!”
Kali ini desahanku mendominasi. Diselingi desahan suami. Sampai
terakhir terdengar lenguhan panjang. Berasal dari mulutku dan suami.
Kucapai orgasme yang kunanti. Mungkin itu pula yang dirasakan suami.
Kurasakan semburan hangat dibawah sana. Lima sampai 6 kali kurasa. Suami
berejakulasi didalam sepertinya. Aku sedang ada dalam masa suburku.
Tidak masalah sih buatku. Tidak masalah kalau akhirnya nanti aku
terbuahi. Aku dan suami terlentang lemas. Sama-sama kami nikmati pasca
orgasme tadi. Nafasku belum sepenuhnya pulih, saat Marta mencium pipiku.
Dia tersenyum. Aku pun demikian.
“Thank you ya,” ucapku.
“Sama-sama.” Begitu balasnya.
“Marta tinggal ke kamar mandi dulu ya, Kak.” Aku mengangguk.
Marta pun beranjak turun. Kini tinggallah aku dan suami di ranjang.
Kugeser tubuhku mendekati suami. Bergelayut manja aku dipelukannya. Dia
sepertinya juga sudah bisa menguasai diri. Suami mencium keningku. Kami
saling tersenyum.
“Ini bener-bener ulang tahun papa yang paling berkesan.” Tertawa kecil aku mendengarnya.
“Papa suka?”
“Suka banget dong. Oya, emang mama kenal sama Marta dimana?” Kuhindari menjawab pertanyaan itu. Kuberalih mengelus penis suami.
Momen ini kurasa kurang tepat untuk bercerita. Kurang tepat untuk
mengungkap segalanya. Kalau aku berceritatentang Marta, artinya aku
harus bercerita pula tentang Dani. Tahu kalau istrinya telah ditiduri
seorang mahasiswa, pastilah akan merusak mood suami. Perlu kucari waktu
lain yang mungkin lebih pas.
Elusanku membuat penis suami kembali keras.Suami lalu berbisik manja
padaku. Dia meminta ijin menyusul Marta ke kamar mandi. Kujewer
telinganya, tapi lalu kuanggukan kepala. Dengan sumringah suami turun
dari ranjang.
Tak lama kudengar suara tawa dari dalam sana. Tawa suami dan juga
tawa Marta. Terdengar pula beberapa kali erangan manja. Tertawa kecil
aku dibuatnya. Kupakai lagi kimono guna menutupi tubuhku. Kuambil tablet
dari tas. Sibuk kubalas beberapa email yang masuk. Begitu pula beberapa
pesan di sosial media. Sampai suami mendongakkan kepala dari kamar
mandi.
“Ma, gabung sini yuk ama kita.”
“Oke,” sahutku singkat.
Kutaruh kembali tablet kedalam tas. Kubuka kimono, dan masuk ke kamar
mandi. Kulihat suami dan Marta berendam didalam jakuzi. Aku langsung
bergabung. Awalnya kami hanya berbincang. Lama-kelamaan suasana kembali
memanas. Diawali saat suami memintaku dan Marta beradegan lesbian. Kami
turuti kemauannya.
Kisah Sex, Aku dan Marta pun mulai saling raba.
Saling meraba payudara. Dilanjutkan dengan berciuman, lalu mulai mengadu
lidah. Lidah kami terus beraksi. Menjilati telinga, leher dan berakhir
pada kedua payudara. Kami lakukan secara bergantian.
Kisah Dewasa, Tak kuasa menahan gairah, suami
mengocok penisnya sendiri. Sebenarnya dia ingin menggarap kami langsung.
Hanya saja, kami mencegahnya. Aku dan Marta ingin merampungkan lesbian
show kami lebih dulu. Kami ingin memancing birahi suamiku makin tinggi.
Bahkan menyentuh pun kami larang. Suami terlihat dongkol, namun hanya
bisa pasrah. Sampai Marta menyodorkan vaginanya. Suami pun bersemangat
menikmatinya. Disusul berikutnya dengan diriku.
Kisah Mesum, Demikian seterusnya, berulang beberapa
kali. Malam sudah sangat larut saat kami selesai. Kami bertiga
ngos-ngosan diranjang. Suamiku ada ditengah, diapit aku dan Marta. Tubuh
kami lemas, tapi benar-benar merasa puas. Ranjang sukses kami buat
berantakan. Entah berapa kali kami berguncang diatasnya. Tubuh yang
semula telah bersih, kini kembali lengket oleh keringat. Kali ini kami
terlalu lelah untuk berbilas. Kami pun memilih untuk langsung
beristirahat.
“Met bobo sayang.” Kupeluk dan kukecup pipi suamiku. Marta melakukan hal yang sama.
“Met bobo Om.” Suami membalas kecupan kami berdua. Selanjutnya kami pun terlelap. Terlelap dalam kepuasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar