Jumat, 22 April 2016

Kado ternikmat dari suamiku

Kuhembuskan nafas panjang. Sudah lama aku tidak datang ke tempat ini. Kusapu pandangan ke sekeliling. Masih sama seperti terakhir kali. Terakhir kali kesini, aku sempat menginap. Teringat bagaimana malam itu begitu panas, begitu bernafsu. Aku selalu tersenyum sendiri setiap kali mengingatnya. Akhirnya kuketuk pintu bernomor 11 itu. Pintu terbuka. Kulihat sosok yang kukenal. Dia adalah Dani.
“Hei Kak..” Dia tersenyum. Aku membalasnya.
“Hei..” Dipersilakannya aku masuk.
Cerita Sex, Didalam kembali kusapu pandanganku. Masih rapi seperti terakhir kuingat, kecuali ranjang. Sprei penutup ranjang terlihat sedikit lecek. Dapat dimaklumi, karena kutahu pacar Dani ada disini. Pastilah mereka sempat bermesrDani tadi. Aku kesini memang ingin bertemu dengan Marta. Itu adalah nama pacar Dani.
“Marta nya lagi mandi tuh Kak, ditunggu aja sebentar.” Kuanggukkan kepala.
Cerita Dewasa, Memang terdengar suara gemercik air. Kulihat Dani memakai lagi kaosnya. Tadi saat menyambutku, dia hanya bercelana pendek.
“Duduk aja Kak, bersih kok. Kita tadi nggak ML, cuma tidur-tiduran doang sambil nonton TV.” Dani nyengir.
Kubalas dengan tawa kecil. Sepertinya Dani bisa membaca pikiranku. Kulihat tidak ada kursi. Semula aku ragu untuk duduk diranjang. Dia tahu kalau aku suka kebersihan. Kami cukup tahu kebiasDani satu sama lain, meski jarang bertemu. Dani sempat menawariku minum, namun kutolak. Dia pun lalu duduk disampingku.
“Gimana kuliah kamu?” tanyaku.
“Lumayan, semester ini IPK udah 3,5. Abis sekarang udah punya dosen private cantik.” Kali ini aku tertawa lebar.
Pasti akulah yang dimaksudnya dosen ‘private’ itu. Dia mengambil jurusan ekonomi, sama sepertiku saat kuliah dulu. Kini percakapan kami via sosial media sudah berkembang. Tidak hanya membahas soal-soal mesum, tapi juga akademis. Bahkan kuberikan dia kuliah singkat, saat terakhir ada dikamar ini. Kubantu dia menyusun paper ekonomi mikro. Itu semua kami lakukan sambil telanjang, tentunya.
Ditengah obrolan, Dani memegang tanganku. Dia bilang kalau dia kangen menyentuhku. Kami berciuman. Disentuhnya tubuhku dan kubiarkan saja. Saat menyentuh payudara, dia bergurau kalau terasa makin besar. Tertawaku dibuatnya. Kubilang ukurannya masih sama. Dia memang tidak berbohong kalau dia kangen. Beberapa kali Dani mengajak bertemu, tapi tidak kupenuhi. Aku tidak mau kalau kami jadi terlalu dekat. Syukurnya Dani masih bisa mengerti. Mengerti akan situasi hubungan kami.
“Aku suka banget ngeliat kakak pake seragam kerja gini. Seksi, bikin horni,” ucapnya sambil mengelusi pahaku.
“Hei, hei..” Kutepis tangannya. Kuingatkan dia. Aku datang bukan untuk bercinta. Dia nyengir, sambil menggaruk kepalanya. Kelihatan kalau Dani mulai bergairah. Harus kuhentikan sebelum makin parah.
“Iya, iya deh Kak, tapi celana dalamnya boleh sekarang dong? Udah janjikan?” Kutoel hidungnya. Dia pun nyengir lagi.
Kemarin aku memang menjanjikan hal itu. Marta boleh kujemput, asalkan dibarter celana dalam. Terdengar sedikit aneh memang. Beberapa kali sudah Dani memintanya. Bahkan sejak pertama kali kami bercinta. Katanya sih untuk kenang-kenangan. Beberapa kali kuiyakan, namun belum juga kuberikan. Kubuka tas jinjing. Kuambil dari sana sebuah benda mungil berenda.
“Nggak mau ah yang itu.”
Dia menolak saat aku menyodorinya. Aku mengerutkan kening. Padahal kutahu itu adalah model favoritnya.
“Maksudnya?” tanyaku penasaran. Dani lalu mengacungkan jarinya kearah rokku.
“Aku mau yang ada di dalem sana.”
Tanpa menunggu tanggapanku, tangannya langsung bergerak. Diangkatnya ujung rokku sedikit. Berusaha dia memasukkan tangannya kedalam. Meski berupaya kucegah, namun akhirnya Dani berhasil. Dia berhasil menyentuh kain tipis yang ada disana. Masih berusaha kucegah kemauan Dani. Celana dalam yang kupakai nggak seksi, begitu alasanku. Dan itu benar adanya. Modelnya memang biasa saja. Namun, dia seakan tidak peduli. Dia terus memaksa. Akhirnya kuiyakan kemauannya, asalkan dilakukan pelan-pelan.
Dia pun kegirangan. Dani langsung jongkok ditepi ranjang. Kedua pahaku dibukanya lebar-lebar. Kini kewanitaanku tepat berada didepannya. Tangannya merogoh lagi kedalam. Dia tersenyum saat menemukan apa yang dicarinya. Pinggiran karet celana dalamku. Mulai ditariknya perlahan. Kain mungil itu terus melorot turun. Sampai akhirnya terlepas. Ditempelkannya ke hidung, sebelum dimasukkan saku.
“Wangi Kak. Isinya sama wanginya nggak ya?” Berusaha dibukanya lagi kedua pahaku.
Namun, kali ini bisa kucegah. Dia sudah dapat apa yang dia mau. Tidak akan kuberi lebih. Aku tahu kalau kulemah, kalau Dani mulai memainkan lidah.
“Dani, jangan Dani.. tolong jangan..” Dia terus berusaha, berusaha dan berusaha.
Akhirnya aku tidak lagi kuasa. Tidak kuasa untuk bertahan. Pahaku pun kembali terbuka lebar. Kepala Dani kini sudah ada dalam rokku. Kurasakan lidahnya mulai menyapu kewanitaanku. Terus menari-nari didalam sana. Sensasi geli-geli nikmat kurasa. Tubuhku lalu terjerembab diranjang. Terlentang pasrah tanpa perlawanan. Kupilih untuk menikmati saja sensasi itu. Sedang asyik berdua, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka.
“Klek!” Kupalingkan wajah.
Kulihat Marta berdiri didepan pintu. Dengan tubuh terbalut handuk. Ditambah ekspresi penuh kekagetan.
“He-hei Marta,” ucapku. Masih dalam posisi terlentang.
“He-hei Kak Dita.” Suasana menjadi canggung.
Kami berdua saling menatap beberapa saat.  Sedangkan dibawah sana, Dani masih sibuk dengan lidahnya. Kuangkat tubuhku. Kutepuk-tepuk pundak Dani, sambil memanggil namanya. Kuminta dia keluar dari rokku. Dia pun menarik kepalanya. Tersadarlah dia kalau Marta sudah selesai mandi. Namun bukannya panik, gairahsex.com dia malah nyengir. Dan melambai kepacarnya. Ajaibnya, kecanggungan itu hanya berlangsung sebentar.
Kemudian semuanya kembali normal. Normal seperti tidak pernah terjadi apapun. Dani membuatkan teh untuk kami bertiga. Marta berias dan memakai pakaian. Sedangkan aku menonton televisi. Cukup kagum aku dengan Dani. Entah bagaimana cara dia mengendalikan Marta. Sebagai cewek, aku cukup penasaran. Bagaimana Marta tetap terlihat santai, setelah melihat pacarnya dan aku. Melihat apa yang barusan kami lakukan. Perlu kucari tahu jawabannya nanti.
“Udah selesai Kak, berangkat sekarang?” ucap Marta padaku. Aku berdiri dan mengambil tas.
“Boleh. Yuk.”
“Yah, ditinggal sendirian deh.” Dani ikut berdiri dan merengut.
Marta dan aku saling pandang. Lalu melempar senyum. Kompak kami melambai ke Dani. Sempat pula kami lemparkan ciuman jauh. Rengutan Dani pun semakin menjadi.
“Wow, kamarnya luas banget Kak!” Marta berseru sumringah. Langsung dia berlarian disekitaran kamar. Dia juga menuju ke balkon belakang. Disana dia menyerukan kekaguman yang sama. Begitu pula saat menghempaskan diri diranjang. Geli aku melihat tingkah konyolnya itu. Seperti itulah Marta.
Aku belum mengenalnya lama. Tapi yang kutahu, dia memang sangat ekspresif. Apalagi untuk sesuatu yang membuatnya antusias.
“Aku mandi dulu ya Mart , kamu santai aja dulu.” Kulihat dia mengangguk.
Marta telah memegangremote televisi. Channel luar negeri bergantian muncul dilayar. Mulai kubuka satu persatu seragamku. Kubiarkan Marta melihatku menelanjangi diri. Toh kami sama-sama waMarta, pikirku. Lagi pula dikosan Dani tadi, Marta juga melakukan hal yang sama. Dan dia tidak malu melakukannya.
Setelahnya, kubalut tubuhku dengan handuk dan masuk kamar mandi. Didalam aku tidak lama. Hari ini tidak ada tugas luar, jadi kurasa tubuhku masih cukup bersih. Hanya lama kubasuh betis dengan air hangat. Kuurut-urut pelan. Urat-uratnya terasa sedikit tegang. Mungkin karena tadi banyak berdiri memakai high heels. Kukeringkan tubuhku setelah selesai. Dan kupakai kimono sebelum keluar. Diluar kulihat Marta sedang tiduran. Dia kelihatan serius menonton film. Duduk aku ditepi ranjang. Marta menoleh dan tersenyum.
“Kakak cantik loh, badannya juga bagus,” ucapnya Aku tersipu.
Belum pernah aku dipuji sesama waMarta sebelumnya. Pernah sih, cuma tak sepolos ucapan Marta tadi.
“Ah, kamu juga cantik banget kok Mart.” Gantian dia tersipu.
cerita sex 2016, cerita sex terbaru, cerita sex, cerita seks 2016, cerita seks terbaru, cerita seks, gairahsex
Aku tidaklah berbohong. Marta memang gadis yang berparas cantik. Rambut panjang dicat pirang. Postur tubuh proporsional. Dia juga sangat fashionable. Idaman laki-laki normal pada umumnya. Mirip denganku kala mahasiswa dulu. Boleh dong sombong sedikit.
Saat itu kami ada disebuah kamar hotel. Hotel berbintang dipinggiran kota. Dua orang waMarta cantik dikamar hotel? Eits, jangan berpikir macam-macam dulu. Kami berdua normal, bukanlah penyuka sesama jenis. Disini kami sedang menunggu seseorang. Dia memang bilang akan datang sedikit terlambat. Kesempatan itu kupakai untuk ngobrol dengan Marta.
“Kamu udah lama kenal sama Dani?”
“Udah hampir dua tahun lebih Kak.”
Obrolan berlangsung santai. Banyak hal yang akhirnya kutahu tentang Marta. Ternyata dia punya kehidupan yang sulit. Dikota ini dia tinggal sendiri. Kuliah adalah cita-citanya, namun ekonomi keluarganya kurang mampu. Karena itu dia harus bekerja demi biaya kuliah. Segala pekerjaan diambilnya. Sebagian adalah pekerjaan paruh waktu. Aku kagum mendengar semangatnya itu.
Disanalah lalu dia bertemu Dani. Dani membantunya mendapat beasiswa. Dani juga membantunya mendapat pekerjaan. Menjadi staf di perusahaan kenalan ayah Dani. Atas bantuan Dani itu, Marta menerima ajakannya berpacaran.
Marta memang kerap memilih pacar berdompet tebal. Semata guna menyambung hidup. Konsekuesinya tentu saja ada. Bersetubuh salah satunya. Diakui Marta kalau Dani bukan laki-laki pertamanya. Namun bersama Dani, dia melakukan seks dengan cinta. Dia tahu Dani pacar yang setia. Maka ketika tahu Dani berselingkuh, dia cukup kaget. Hanya saja saat Dani mengenalkan diriku, Marta mengaku lega. Dia bersyukur Dani tidak tidur dengan waMarta sembarangan. Begitu pengakuannya. Sejak itulah aku dan Marta menjadi dekat.  Sedang asyik mengobrol, bel pintu berbunyi.
“Ting tong, ting tong..”
Bangkit aku dari ranjang, dan berjalan kepintu. Kuintip siapa diluar. Kuberi isyarat Marta untuk bersiap-siap. Bunyi bel kedua kubuka pintu. Disana berdirilah dia yang kami tunggu. Dia adalah suamiku. Dia tersenyum dan memelukku. Diciumnya pula keningku. Tak lama datanglah Marta membawa cake. Suami terlihat kaget mengetahui aku tidak sendirian.
“Happy birthday!” teriakku dan Marta bersamaan.
“Ma-makasi.” Suamiku kini mulai terlihat kikuk.
Aku dan Marta mulai bernyanyi. Kutarik tangan suami kedalam kamar. Walau masih kelihatan bingung, dia menurut. Usai bernyanyi kuminta suami meniup lilin. Saat lilin padam, mata suami belum juga lepas dari Marta. Aku tidak menyalahkan dia sih. Marta memang sosok yang menarik. Sampai aku berdehem, barulah pandangan itu teralihkan.
“Kenalin nih Pa, ini namanya Marta. Marta ini dia suami kakak.” Mereka pun berjabat tangan.
“Saya Marta Om, saya ‘kado’ ulang tahunnya Om..” Suami mengernyit, sedang aku sendiri tersenyum geli.
Tersenyum karena celetukan Marta yang to the point. Juga karena melihat ekspresi suami. Dan karena mendengar panggilan ‘Om’ dari Marta untuk suamiku. Lucu saja mendengarnya.  Suami memandangiku penuh tanya. Baru aku hendak menjelaskan, Marta sudah melanjutkan kalimatnya.
“..Saya disuruh kak Dita buat nemenin Om bobo
malem ini.” Tambah bingunglah suamiku.
Aku pun tidak bisa lagi menahan tawa. Gaya bicara ceplas-ceplos Marta mengingatkanku pada Putri. Salah satu rekan kerjaku di kantor. Gaya flirting-nya pun sama percis. Kalau keduanya bertemu mungkin bisa disangka kakak beradik. Malah pesta ulang tahun nyeleneh ini, sebenarnya adalah ide Marta. Sekalian kenalan dengan suamiku, begitu katanya.
Guna mencairkan suasana, kupesan makanan. Kami mengobrol sambil makan malam bertiga. Situasi sedikit kaku diawal, namun kemudian perlahan jadi santai. Marta ternyata pintar sekali bersosialisasi. Suami yang semula kikuk, kini terlihat nyaman. Begitu pula saat kami pindah ngobrol di ranjang. Kulihat lama-lama wajah suami memerah. Birahinya mungkin mulai bangkit. Wajar saja, karena ada rangsangan hebat didepannya. Marta cuek duduk bersila,padahal tahu dia memakai rok pendek. Begitu pun saat merubah posisi kaki. Cuek saja dia membiarkan celana dalamnya terlihat. Belum lagi tonjolan dibalik tanktop ketatnya. Benar-benar menggoda mata.
Ketika Marta permisi ke kamar mandi, suami berbisik padaku. Aku tersenyum. Kuanggukkan kepala sebagai jawaban. Dan suami balas tersenyum. Sempat kutanya keadaan si kecil dirumah mertua. Suami bilang baik-baik saja.Sama sekali tidak rewel. Mungkin akan kutelpon dia nanti.
“Mart, waktunya buka ‘kado’ nih,” ucapku saat Marta keluar.
Sepertinya Marta mengerti maksudku. Dia tersenyum kearahku. Diangkatnya kedua jempol. Marta lalu berjalan mendekati suamiku, dan duduk disampingnya.
“Marta yang buka, apa Om yang buka?” Lagi-lagi celetukan Marta membuatku tertawa. Suamiku ikut tersenyum. Benar-benar blak-blakan banget nih anak, pikirku. Ekspresinya begitu santai. Terlihat sekali kalau membuka pakaian didepan laki-laki, bukanlah hal asing buat Marta.
Suami sepertinya tak kuat lagi menahan nafsu. Dipeluknya Marta, dan mulai dipagut bibir gadis itu. Marta melayani pagutan suami dengan baik. Bahkan saat suami memainkan lidah. Marta ikut mengadu lidahnya. Suami meminta Marta berdiri. Setelahnya, suami mulai menelanjangi Marta. Diawali dari tanktop, lalu rok pendeknya.
Suami sengaja melakukannya secara perlahan. Tersisa hanya pakaian dalam, suami berhenti sebentar. Dipandanginya tubuh sintal itu dari atas kebawah. Mirip banget dengan bodiku, demikian komentar suami. Tersipu akumendengarnya, sekaligus merasa bangga. Tidak dapat kubantah komentar itu. Bukannya risih dipandangi kami, Marta malah dengan pede berpose. Dia bahkan berputar beberapa kali bak seorang model.
“Sini Marta bantu bukain bajunya Om. Maudisepong sekalian Om?”
“Bo-boleh,” sahut suami singkat.
Sungguh sebuah tawaran yang tidak bisa ditolak. Mulailah Marta mempreteli pakaian suamiku. Saat Marta menurunkan boxer, penis suami langsung mengacung. Marta jongkok, dan memasukkan penis itu kedalam mulutnya. Mulai dia mengulum. Melihat Marta mengulum, aku jadi terangsang. Ini kali pertama kulihat adegan seks secara langsung. Dibalik kimono, sekujur tubuhku bergetar. Berdiri dan kudekati suami. Kudaratkan ciuman dibibirnya. Ciuman itu dalam sekejap berubah jadi panas. Suamiku pun harus berbagi konsentrasi. Antara ciumanku dan kuluman Marta.
Sambil berciuman, tangannya membuka kimonoku. Terlepaslah kain mandi itu. Kini akupun telanjang. Suami memainkan puting payudaraku. Beberapa lama, suami meminta Marta berdiri.Dibukanya bra dan celana dalam Marta. Dan kami bertiga kini sepenuhnya telanjang. Suami merebahkan diri diranjang. Dimintanya lagi Marta mulai mengoral. Marta menurut.
Melihat posisi pantat Marta yang terangkat, kuambil inisiatif. Kusentuh vaginanya dari belakang. Sejenak Martamenoleh, lalu melempar senyuman. Jujur ini kali pertama kusentuh vagina waMarta lain. Begitu Martalanjut mengoral, kurabai lagi vaginanya. Bahkan tak lama, mulai kumainkan lidahku disana. Rasanya aneh tapi menyenangkan.
“Om, masukin ya?” Kudengar suami berbicara pada Marta.
“Iya Om,” sahutnya singkat.
Marta bangkit dan mendekatiku. Aku yang duduk ditepi ranjang dibuatnya kaget. Mendadak dia mencium bibirku. Bukan ciuman pertamaku dengan sesama waMarta. Hanya saja, terasa beda saat Marta yang melakukannya. Aku bukanlah lesbian, begitu pun Marta. Namun, ciuman Marta sungguh nikmat rasanya. Soal variasi seks macam ini, harus diakui aku kalah dari Marta.
“Makasi udah dibantu bikin basah Kak, yuk sekarang giliran.”
Tanpa menunggu jawaban, dibantunya aku terlentang. Dibukanya pahaku lebar-lebar. Berikutnya lidah Marta menari didaerah kewanitaanku. Sensasi geli pun langsung menjalari tubuhku. Dijilati pula pahaku dan daerah sekitarnya. Marta sendiri kini sedang digenjoti oleh suamiku. Digenjot dalam posisi dogie. Suamiku berdiri ditepi ranjang. Terlihat bersemangat dia menyetubuhi Marta.
“Mmhh.. mmhh.. mmhh..”
“Aaahh.. aahh.. aahh..”
Desahan Marta terdengar tertahan. Tertahan oleh bibir vaginaku. Justru yang kini terdengar adalah desahanku. Desahan karena tusukan lidah Marta. Tidak lama kami bertiga berganti posisi. Kini aku dan Marta sama-sama terlentang. Terlentang mengangkang. Selangkangan kami berada di tepi ranjang. Disana pula suamiku berdiri. Posisi ini memudahkan suami bergantian menggenjoti kami. Beberapa genjotan, penisnya ada di vaginaku. Beberapa genjotan lagi, penisnya ada di vagina Marta. Demikian seterusnya. Terus bergantian.
“Aaahh.. aahh.. aahh..”
“Ooohh.. oohh.. oohh..”
“Aaahh.. aahh.. aahh..”
Desahan kami bertiga terdengar makin keras. Sampai memenuhi penjuru kamar hotel. Menunggu giliran digenjot, Marta menatapku. Dia tersenyum dan kubalas. Diciumnya lalu bibirku. Masih tetap terasa nikmat seperti sebelumnya. Marta juga nakal menjilati telingaku. Salah satu dari titik sensitifku. Itu membuatku kian bergairah.
Saat suami ganti menggenjot Marta, kusentuh klitorisku sendiri. Kuputar-putar karena terasa gatal. Cukup sebagai selingan, sambil menunggu giliran. Gantian kini kucium bibir Marta. Ditengah ciuman, mendadak tubuhnya menegang. Desahan Marta mengencang. Rupanya suamiku mempercepatgenjotannya. Marta sampai memejamkan matanya.
Suami memegangi kedua lutut Marta. Dipakainya sebagai tumpuan. Genjotan suami kian cepat, dan terus makin cepat. Sampai terdengar sebuah erangan panjang. Suami sukses membuat Marta orgasme. Ditarik penisnya dari vagina Marta. Berganti masuk ke vaginaku. Sama seperti tadi, genjotannya juga cepat. Giliran aku dibuatnya bergelinjang. Kututup mata dan kugenggam erat sprei.
Malam itu, suami seperti berada dipuncak birahi. Staminanya terasa benar-benar berbeda. Selagi digenjot suami, kurasakan sentuhan dipayudara. Marta ternyata yang melakukannya. Dia sepertinya sudah tersadar dari orgasmenya tadi. Tidak hanya menyentuh, Marta juga mengulum putingku. Bergiliran kanan dan kiri. Tubuhku makin hebat bergelinjang. Diserang sensasi nikmat atas dan bawah. Rasanya sungguh luar biasa. Tak pernah kualami seperti itu sebelumnya.
“Aaahh.. aahh.. aahh..”
“Aaahh.. aahh.. AAAHHH..!!”
Kali ini desahanku mendominasi. Diselingi desahan suami. Sampai terakhir terdengar lenguhan panjang. Berasal dari mulutku dan suami. Kucapai orgasme yang kunanti. Mungkin itu pula yang dirasakan suami. Kurasakan semburan hangat dibawah sana. Lima sampai 6 kali kurasa. Suami berejakulasi didalam sepertinya. Aku sedang ada dalam masa suburku. Tidak masalah sih buatku. Tidak masalah kalau akhirnya nanti aku terbuahi. Aku dan suami terlentang lemas. Sama-sama kami nikmati pasca orgasme tadi. Nafasku belum sepenuhnya pulih, saat Marta mencium pipiku. Dia tersenyum. Aku pun demikian.
“Thank you ya,” ucapku.
“Sama-sama.” Begitu balasnya.
“Marta tinggal ke kamar mandi dulu ya, Kak.” Aku mengangguk.
Marta pun beranjak turun. Kini tinggallah aku dan suami di ranjang. Kugeser tubuhku mendekati suami. Bergelayut manja aku dipelukannya. Dia sepertinya juga sudah bisa menguasai diri. Suami mencium keningku. Kami saling tersenyum.
“Ini bener-bener ulang tahun papa yang paling berkesan.” Tertawa kecil aku mendengarnya.
“Papa suka?”
“Suka banget dong. Oya, emang mama kenal sama Marta dimana?” Kuhindari menjawab pertanyaan itu. Kuberalih mengelus penis suami.
Momen ini kurasa kurang tepat untuk bercerita. Kurang tepat untuk mengungkap segalanya. Kalau aku berceritatentang Marta, artinya aku harus bercerita pula tentang Dani. Tahu kalau istrinya telah ditiduri seorang mahasiswa, pastilah akan merusak mood suami. Perlu kucari waktu lain yang mungkin lebih pas.
Elusanku membuat penis suami kembali keras.Suami lalu berbisik manja padaku. Dia meminta ijin menyusul Marta ke kamar mandi. Kujewer telinganya, tapi lalu kuanggukan kepala. Dengan sumringah suami turun dari ranjang.
Tak lama kudengar suara tawa dari dalam sana. Tawa suami dan juga tawa Marta. Terdengar pula beberapa kali erangan manja. Tertawa kecil aku dibuatnya. Kupakai lagi kimono guna menutupi tubuhku. Kuambil tablet dari tas. Sibuk kubalas beberapa email yang masuk. Begitu pula beberapa pesan di sosial media. Sampai suami mendongakkan kepala dari kamar mandi.
“Ma, gabung sini yuk ama kita.”
“Oke,” sahutku singkat.
Kutaruh kembali tablet kedalam tas. Kubuka kimono, dan masuk ke kamar mandi. Kulihat suami dan Marta berendam didalam jakuzi. Aku langsung bergabung. Awalnya kami hanya berbincang. Lama-kelamaan suasana kembali memanas. Diawali saat suami memintaku dan Marta beradegan lesbian. Kami turuti kemauannya.
Kisah Sex, Aku dan Marta pun mulai saling raba. Saling meraba payudara. Dilanjutkan dengan berciuman, lalu mulai mengadu lidah. Lidah kami terus beraksi. Menjilati telinga, leher dan berakhir pada kedua payudara. Kami lakukan secara bergantian.
Kisah Dewasa, Tak kuasa menahan gairah, suami mengocok penisnya sendiri. Sebenarnya dia ingin menggarap kami langsung. Hanya saja, kami mencegahnya. Aku dan Marta ingin merampungkan lesbian show kami lebih dulu. Kami ingin memancing birahi suamiku makin tinggi. Bahkan menyentuh pun kami larang. Suami terlihat dongkol, namun hanya bisa pasrah. Sampai Marta menyodorkan vaginanya. Suami pun bersemangat menikmatinya. Disusul berikutnya dengan diriku.
Kisah Mesum, Demikian seterusnya, berulang beberapa kali. Malam sudah sangat larut saat kami selesai. Kami bertiga ngos-ngosan diranjang. Suamiku ada ditengah, diapit aku dan Marta. Tubuh kami lemas, tapi benar-benar merasa puas. Ranjang sukses kami buat berantakan. Entah berapa kali kami berguncang diatasnya. Tubuh yang semula telah bersih, kini kembali lengket oleh keringat. Kali ini kami terlalu lelah untuk berbilas. Kami pun memilih untuk langsung beristirahat.
“Met bobo sayang.” Kupeluk dan kukecup pipi suamiku. Marta melakukan hal yang sama.
“Met bobo Om.” Suami membalas kecupan kami berdua. Selanjutnya kami pun terlelap. Terlelap dalam kepuasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar