Jumat, 22 April 2016

kenikmatan yang tak terlupakan

Gairah Sex, Apakah kalau cewek pakai gelang kaki, artinya cewek tersebut nakal? Gelang di pergelangan kaki Winda menarik perhatiannya dari tadi. Dia teringat obrolan teman-temannya di dalam kelas beberapa waktu lalu. Katanya kalau cewek sudah nikah tapi pakai gelang kaki di kanan itu artinya swinger. Yang lain tidak tahu apa arti swinger. Jadi teman yang bilang pertama kali menjelaskan, swinger itu artinya sudah nikah tapi mau gituan sama orang lain. Tukaran suami/istri. Anak-anak SMA itu sebagian melongo, sebagian lagi tertawa-tawa nakal. Dari dalam mobil itu, pemandangan terlihat gelap keruh karena kaca filmnya sangat gelap. Kalau ada orang lewat, dia tidak akan bisa melihat apa yang terjadi di dalam. Tapi di tempat parkir yang sepi itu orang jarang lewat. Cuma ada dia dan Winda di dalam mobil. Winda membaca SMS yang masuk ke ponsel yang dipegang tangan kanannya. “Suamiku nanya kapan pulang. Aku jawab sebentar lagi. Kalau kamu sebentar lagi apa masih lama…”
“…crotnya?”
Dia mengenal Winda sebagai sosok perempuan high class, jadi mendengar Winda berbicara seperti pelacur murahan membuat penisnya yang dipegang tangan kiri Winda jadi makin keras. Winda mulai mengocoknya lebih cepat sambil menaruh HP. Dia melihat kilatan cincin kawin di tangan kanan Winda. Dia mengulurkan tangan, mau menyentuh tubuh Winda, tapi Winda menampar tangan itu.
“Aku bilang kan tadi, jangan pegang-pegang…” kata Winda.
Winda berhenti mengocok, membungkuk, membuka bibir merahnya, menjulurkan lidah. Setitik mani di lubang di kepala burung dijilatnya.
“Kalau berani coba pegang lagi…” Winda menggenggam lagi HP-nya, “aku telpon suamiku, terus kubilang aku mau diperkosa sama kamu. Suamiku kenal polisi, dan tau kamu itu siapa. Ngerti, Azam?”
Dia, Azam, menjawab dengan anggukan. Biarpun laki-laki, sebagai anak SMA wibawanya kalah dengan perempuan ini. Baru kali ini dia merasa terangsang sekaligus gentar.
“Bagus,” kata Winda dengan puas sambil mulai mengocok lagi. “Kamu baru boleh nyentuh aku kalau kusuruh.” Dia lalu mengangkat tangan kanan ke depan mulut, memonyongkan sepasang bibirnya yang merah basah, dan meludah ke telapak tangannya. “Cuh!” Winda kembali mengocok penis Azam. Terdengar bunyi becek dan Azam merasa ada tekanan yang mulai terbentuk di dalam buah pelirnya. Dan dia cuma bisa bengong. Bengong melihat Winda memasturbasinya dengan tangan dan mulut Winda yang dekat sekali dari kejantanannya. Dan bibir indah itu pindah ke atas penisnya…
Winda menjilat lagi mani yang menitik. Sambil terus mengocok.
“Kita nggak punya banyak waktu, sebentar lagi Faisal datang ke sini. Jadi aku mau tanya langsung. Kamu mau masukin kontolmu ke dalam mulutku nggak?”
Azam kaget mendengar santainya Winda menanyakan itu. Dia menjawab terbata-bata, “I-i-iya.”
Tampaknya Winda suka jawaban itu. Dia bangkit dan mendekatkan bibirnya ke telinga Azam. Azam merasakan nafas hangat Winda di telinganya selagi Winda berkata nakal,
“Itu yang kamu bayangin ya Azam? Kalau kamu ke rumahku buat ketemu Faisal? Pengen kusentuh kayak gini? Kontolmu dikocokin?” Azam mengangguk, memang itu yang ada di dalam pikirannya sejak dia pertama kali bertemu kakak temannya itu. Winda adalah kakaknya Faisal, teman sekolahnya. Masih muda, baru 27.
“Kamu pengen aku tempelin bibirku ke titit kamu? Pengen aku nelen batang kamu?” desis Winda di telinga Azam.
Lagi-lagi Azam cuma bisa mengangguk.
“Jawab yang benar, Azam!” perintah Winda.
“Iya!” sembur Azam.
“Iya apa?”
“Iya… Kak Winda, tolong isep kontolku!”
“Bagus. Gitu dong kalo jadi cowok, tegas, bilang apa yang dimauin. Satu lagi pertanyaannya. Jam berapa sekarang?”
“Heh? Kok nanya waktu?” Azam bingung tapi dia otomatis berusaha mencari jawabannya. Di mobil pasti ada jam digital. Dia menengok ke arah jam digital di dashboard lalu membaca angka-angka di sana.
“Jam setengah tigGAAAHH!??”
Winda tak menunggu jawaban dan langsung melahap kemaluan Azam yang sedang membaca jam. Azam menjerit kaget dan langsung menoleh ke bawah. Dan dia melihat pemandangan paling menakjubkan sepanjang hidupnya. Kepala penisnya dijepit bibir merah seksi Winda. Winda melepasnya lagi dan meninggalkan bekas lipstik di sana. Lalu Winda memasukkannya lagi dalam mulut, kali ini sampai setengah batang. Bibirnya mencengkeram erat lalu mulutnya mundur lagi. Hasilnya adalah noda merah seputar batang basah Azam.

“Mmmh… enak nggak Azam?” Winda bertanya sambil menatap Azam. Jawabannya anggukan. Winda kembali ke bawah dan kali ini mengenyot salah satu buah pelir Azam. Disedot lalu dilepas seperti diludahkan. Kembali lipstiknya tertinggal di sana. Lalu Winda mulai menjilati seluruh permukaan batang Azam. Tangannya menggenggam pangkal batang itu dan dia mulai menyepong. Bibirnya masih merah menyala, turun menyusuri batang, makin lama makin dekat dengan pangkal. Jarinya yang menggenggam pangkal batang ternoda merah ketika bertemu bibir itu. Di jari yang lain, cincin kawin tampak berkilat menyilaukan mata Azam. Kepala Winda naik turun memberi kenikmatan. Azam jadi berpikir macam-macam. Posisinya benar-benar rawan. Celananya terbuka, dan kakak temannya sedang menyepong kemaluannya. Apa yang bakal terjadi kalau ada orang yang memergoki? Tapi Azam juga merasa dia makin tak tahan. Birahinya sudah mau meluap. Dia sedikit lagi muncrat dalam mulut Winda, dan tidak ada lagi yang dipikirkannya! Dia mulai mendesah tak karuan.
“Agh… aah… Ungh… Ga… Tahaan!”
Dan tiba-tiba Winda meremas penisnya yang sudah mau menembak itu!
“Mau apa kamu, Azam??” tantangnya.
“NGHH!! KAK!! MAU!! CROT!!” Azam meracau karena sudah lepas kendali.
“Ayo crot di dalam mulutku Azam! Crot-in mukaku! Bikin aku mandi peju!” Lalu Winda menyepong dengan ganasnya. Dia memasukkan seluruh batang itu ke mulutnya, lalu naik turun dengan cepat”
“Aym crof ff dalmf! Crfin knfolm!” Kata-kata Winda tak kedengaran jelas lagi karena dia berusaha ngomong dengan mulut penuh.
“Ah! Ahh!! Kak! Aku! GA TAHANNN! DI DALAM!!” Mendadak gelora kenikmatan melanda dan Azam merasakan senjatanya mulai menembak gencar di dalam mulut Winda. Seluruh tubuh Azam sampai melengkung dan mengejang ketika semburan demi semburan memancar kuat. Winda sepertinya menelan semuanya.
“NGGHHHAAA!!” jerit Azam.
Winda mencengkeram pantat Azam dan malah mendesakkan penis Azam lebih jauh ke mulutnya. Semburan peju Azam sepertinya terlalu banyak dan Winda tak cukup cepat menelannya, sehingga sebagiannya mengalir keluar. Winda lalu malah melepas kemaluan Azam dari mulutnya dan mengocoki batang yang sedang menembak-nembak itu sambil menyemangati.
“Ya! Ayo crot lagi! Mandiin aku pake peju!”
Dan dua semburan berikutnya mendarat di wajahnya, lalu di rambutnya. Akhirnya semburan-semburan itu reda dan Winda menjilati sisa-sisa yang mengalir di batang Azam. Cipratan peju ada di mana-mana, di wajah dan tangan Winda, termasuk di atas cincin kawinnya. Sesudah lega mengeluarkan simpanannya, Azam menengok ke arah jam lagi. 15.00. Jam tiga! Dan Faisal sudah terlihat berjalan ke arah mobil bersama beberapa teman lain! Tapi Winda lebih gesit bertindak.
“Ayo cepat pakai lagi celananya!” perintahnya, selagi dia sendiri menyambar tisu dan menyeka wajah. “Kalau sudah, cepat keluar!”
Azam buru-buru keluar dan bersembunyi. Tak lama kemudian Faisal, adik Winda, teman sekelasnya, sampai ke mobil Winda. Dari tempat persembunyiannya di balik semak, Azam melihat Winda sudah bertingkah normal lagi. Dia melihat mobil itu pergi membawa Winda dan Faisal, lalu dia sendiri berjalan pulang. Di jalan, HP Azam berbunyi. SMS. Dari Winda.
“wiken ini jangan kemana2. jangan coli.” Azam menelan ludah.
*****
Mundur sedikit ke belakang.
Winda sebenarnya memang rada eksibisionis, jadi ketika Faisal adiknya mulai sering membawa teman-teman sekolahnya ke rumah, sisi eksibisionisnya terpancing. Meski belum tua-tua amat, Winda amat memperhatikan tubuhnya dan selalu merawat kecantikannya. Bukan demi suami; lebih karena dia sendiri menyukai kekaguman orang terhadap dirinya. Suatu hari, ketika teman-teman Faisal sedang ada di rumah, kebetulan Winda yang sedang hanya memakai kaos tanktop dan celana pendek mendekati mereka untuk menyuguhkan cemilan. Penampilannya itu membuat anak-anak SMA itu terdiam dari obrolan mereka dan melongo. Ketika Winda membungkuk untuk menaruh cemilan, dia melihat seorang teman Faisal yang berada di depannya tidak bisa tidak menatap dengan penuh nafsu ke arah buah dadanya yang menggantung di balik baju. Perempuan normal mestinya kaget dan marah tapi Winda merasa sesuatu yang beda. Dia malah berlama-lama membungkuk, memberi tontonan gratis kepada remaja itu.
Dan dia memperhatikan, tanpa sadar tangan teman Faisal itu bergerak menyentuh selangkangan celananya sendiri. Sesudah selesai, Winda kembali ke kamarnya, mendapati kemaluannya basah karena terangsang, lalu bermasturbasi sampai orgasme. Teman Faisal itu adalah Azam. Dan pengalaman pertama itu membuat Winda kecanduan, sehingga selanjutnya dia sering sengaja pamer tubuh kepada teman-teman Faisal. Suaminya biasanya tak di rumah ketika siang, jadi dia leluasa beraksi. Tiap dia melihat atau mendengar teman-teman Azam sudah datang dan meramaikan rumah, cairan kewanitaannya terpancing mengalir. Lalu dia pun akan menuju lemari baju, memilih satu baju seksi yang mengumbar belahan dadanya atau paha mulusnya atau bagian lain tubuhnya. Tak lupa memakai make-up untuk menambah daya tariknya. Dan dia kemudian bakal mencari-cari alasan untuk berjalan ke tengah mereka, entah itu membawakan cemilan, minum, mengambil HP yang kebetulan ada di tempat mereka duduk, bicara dengan Faisal, atau semacamnya. Dia menikmati ketika ekspresi wajah mereka berubah mesum, lalu mereka terdiam malu-malu karena tak bisa menghindar dari memelototi keseksiannya.
Sekali waktu, Winda berada di kamar saja, tidak menghampiri teman-teman Faisal. Tapi dia telanjang, duduk di depan meja rias dekat pintu, dan sengaja membuka pintu. Sebenarnya posisi pintu kamarnya tidak dekat dengan ruang tengah tempat Faisal dan teman-temannya biasa duduk, tapi kalau ada yang mau ke kamar mandi, pasti akan melewati pintu kamar Winda. Dari beberapa orang yang perlu ke kamar mandi, gairahsex.com satu cukup iseng untuk mengintip ke celah pintu yang terbuka dan mendapat rezeki nomplok melihat tubuh telanjang Winda. Lagi-lagi, dia Azam. Cukup lama Azam berdiri termangu di depan pintu terbuka sampai Winda menengok ke arahnya, memergoki. Azam yang ketahuan buru-buru kembali ke depan, diiringi tawa cekikikan puas Winda.
Sesudahnya Winda menghampiri mereka dengan bersikap biasa seolah tak terjadi apa-apa, tapi dia sengaja memandangi Azam dan melempar senyum mesum. Azam serba salah. Malamnya Winda bercinta dengan suaminya sambil membayangkan teman-teman Faisal berdiri di seputar tempat tidur, menonton. Itu membuat dia orgasme duluan sebelum suaminya. Besok-besoknya, dia sempat menceletuk kepada teman-teman Faisal, terutama Azam, bahwa dia sudah menganggap mereka adik-adiknya sendiri dan mereka
“boleh mampir kapan saja” dan dia senang
“bisa menghibur mereka”. Kata-kata bersayap, jaring yang ditebar. Mereka semua menyambut baik keramahan Winda itu. Tapi yang menanggapi serius hanya satu, Azam.
*****
Kejadiannya dimulai pada suatu siang, ketika Azam datang sendirian membawa sepeda motor ke rumah Faisal. Kebetulan Faisal pergi bersama teman-teman lain, tapi Azam tidak tahu. Jadi dia hanya bertemu Winda.
“Faisal barusan jalan main futsal sama yang lain,” kata Winda. “Mau nyusul?”“Nggak ah Kak, lagi males,” kata Azam.
“Yaudah, aku mau pulang aja ya.”
“Eeeh tunggu, Azam,” Winda menahan Azam. “Kamu bawa motor kan? Kakak mau minta tolong boleh?”
“Boleh Kak. Ada perlu apa nih?” Azam sumringah.
“Kakak sebenarnya mau ke salon, mau facial, tapi malas nyetir ke sana. Gimana kalau kamu yang nganterin Kakak ke sana pake motor?”
“Apa sih yang ga bisa buat Kakak,” Azam menggombal.
“Kalau gitu tunggu sebentar ya.” Winda masuk kamar sebentar untuk bersiap, lalu keluar lagi.
Dia mengenakan tanktop gombrong hitam dan celana pendek, lalu memakai jaket. Wajahnya tak dirias dan rambutnya digerai biasa. Lalu dia naik ke boncengan motor Azam dan mereka berangkat. Sepanjang jalan Azam tidak konsentrasi karena hidungnya diserang wangi tubuh dan parfum Winda yang terus merapat ke tubuhnya. Apalagi Winda tak segan-segan merangkul Azam. Winda bilang Faisal baru mau pulang sore. Masih lama. Main futsal minimal 2 jam, belum istirahat makan-minum dan nongkrongnya. Dan Azam terbuai nada suara Winda yang genit menggoda. Sampai di salon, Winda kemudian bertanya ke Azam.
“Mau pulang… apa kamu mau nungguin Kakak?”
“…Aku tungguin aja deh kak, ga ada acara juga siang ini.”
“Kamu baik deh. Nanti Kakak kasih hadiah~!” celetuk Winda genit sambil memasuki salon.
Saat itu juga Azam memperhatikan gelang kaki yang bergemerincing di pergelangan Winda.
*****
Salon yang didatangi Winda itu bukan salon kecil murahan. Menengah atas. Mungkin perawatan di sana bernilai ratusan ribu rupiah, pikir Azam. Tidak heran, keluarga Faisal dan Winda tergolong mampu. Satu jam kemudian Winda keluar dari salon. Wajahnya kemerahan, bekas facial.
“Lama ya nunggunya? Ayo kita pulang,” ajak Winda.
Sepanjang perjalanan pulang, Azam kembali merasa Winda merangkul erat tubuhnya. Dan rangkulannya… di perut. Seiring berjalannya motor, makin lama makin turun. Azam terangsang dan ereksi. Mungkin Winda juga menyadari itu. Sesampainya di rumah, Winda meminta Azam jangan langsung pergi. Faisal dan teman-teman yang lain belum muncul.
“Ada yang mau Kakak tanya, tapi tunggu sebentar ya? Duduk aja dulu.”
Azam kemudian duduk sendirian di ruang tengah rumah besar itu, sementara Winda menghilang ke kamarnya. Tak lama kemudian Winda kembali lagi membawa beberapa barang tipis.
“Kamu tahu ini apa kan?” Winda duduk di sebelah Azam dan menunjukkan beberapa DVD yang sampulnya bergambar perempuan seksi.
“Ehm… iya?” Azam bingung.
“Ini Kakak sita dari Faisal. Tapi dia bilang ini punya temannya. Punya kamu bukan?”
“Bukan… Ga tau punya siapa. Punya Putra atau Endi kali’?” kata Azam. “Yang paling suka beginian tuh anak dua.”
“Udah mulai nakal ya kalian… Emangnya apa sih yang ditonton dari filem kayak gini? Kakak pengen tau. Ayo kita lihat.”
“Hah? Eh tapi Kak Winda…”
Sebelum Azam bereaksi, Winda sudah menyalakan DVD player dan memasukkan salah satu DVD Saru itu. Sebenarnya DVD itu bukan diambil dari Faisal, melainkan koleksi Winda dan suaminya. Winda memang mau mengerjai Azam. Azam mau bangun untuk pergi, tapi Winda memegangi lengannya. Jadilah dia terpaksa ikut menyaksikan. Azam sendiri belum pernah melihat film Saru yang sedang tayang di layar TV itu, walaupun dia sudah familiar dengan materi Sarugrafi.
“Waah, ternyata kalian sukanya yang kayak gini yaa… Yang ceweknya lebih tua?”
Film yang ditayangkan memang berskenario seperti itu, aktris Sarunya berperan sebagai ibu rumah tangga yang menggoda teman anaknya. Meski tidak muda, si aktris tetap tampak glamor dan seksi dengan rambut pirang, kalung mutiara, bra berenda, dan lipstik pink tebal. Dan Azam baru memperhatikan bahwa bibir Winda sudah bersaput lipstik pink juga. Di TV, bibir berwarna sama sedang mengulum penis. Azam merasa kemaluannya sendiri mengeras dan… digerayangi.
“Hmmm…” gumam Winda. “Kok ini jadi keras…? Gara-gara nonton itu ya?”Gairah Sex
“Uhhh… Kak…” Azam tidak berani berbuat apa-apa ketika Winda membuka resleting celananya.
Tangan Winda terus beraksi menurunkan celana dalamnya dan akhirnya kulit bertemu kulit, tangan bertemu batang. Azam seperti kesetrum ketika merasakan itu. Elusan tangan Winda menggodanya.
“Dasar cowok… Zan, kamu pernah coli nggak~?” tanya Winda nakal.
“Ngh… per… nah…” Azam menjawab sambil menahan nafsu. Winda terus menggodanya.
“Kalau dicoli’in?”
“Be… bel… lum…”
Tayangan film Saru menampilkan si aktris menerima ejakulasi lawan mainnya di wajah.
“Kamu lihat kan… tuh dia dicoli’in sama ibunya temennya… Tante-tante aja bisa bikin ngaceng kayak gitu… Kamu ngaceng juga ngelihat dia?…”
Azam sudah meracau tak jelas.
“Kamu ngaceng ngelihat aku?”
“NGHHH!!” Jawabannya adalah semburan mani yang hebat dari kejantanan Azam.
Azam jelas merasa keenakan dengan orgasme itu. Sekaligus bingung dan sedikit takut. Tapi yang terlihat lebih puas adalah Winda.
“Iihh. Banyak dan kentel peju kamu. Pasti udah lama gak crot.”
Azam cuma melongo bego. Winda memain-mainkan cairan kental yang mengotori jarinya itu, bahkan menjilatnya.
“Enak?” tanya Winda.
“Iiyah,” jawab Azam pendek.
“Mau lagi?”
“…” Azam tidak berani menjawab yang itu.
“Kalau kamu mau lagi, mulai sekarang kamu harus ikut apa kata Kakak ya. Sekarang… cepat pulang. Faisal pasti sebentar lagi datang. Ayo sana!”
Azam buru-buru membetulkan pakaiannya dan bergegas keluar. Winda mengantarnya keluar dengan senyum nakal.
cerita dewasa 2016, cerita dewasa terbaru, cerita dewasa, cerita mesum 2016, cerita mesum terbaru, cerita mesum,
Sesudah itu, Azam dan Winda beberapa kali lagi bertemu berduaan saja, paling sering di rumah Winda sendiri, kalau sedang tak ada orang. Azam sendiri tetap nongkrong bareng Faisal dan Winda tetap kadang tampil di depan mereka, tapi tidak ada yang tahu hubungan mereka. Yang dilakukan tetap sebatas Winda memasturbasi Azam, dengan tangan, dan satu kali dengan kaki. Adegan di atas, pada waktu Winda mau menjemput Faisal dengan mobil dan Azam menemuinya, adalah pertama kalinya Winda memberi oral seks kepada Azam. Mereka berdua belum pernah berhubungan seks biasa. Walaupun Azam penasaran dan dia sudah berkali-kali digoda oleh Winda, kakak temannya itu selalu membuatnya tak berdaya dan tak mampu meminta lebih. Namun lama-lama Azam gemas juga. Makin hari dia makin ingin melampiaskan nafsunya kepada perempuan penggoda itu.
*****
Kejadiannya pada suatu siang. Azam bersimbah keringat dingin. Di depannya, Winda akhirnya berhenti meronta dan telentang pasrah. Pergelangan tangannya terikat, wajahnya terlihat gentar.
“Kamu kenapa gini, Zan… Kenapa kamu giniin Kakak?” tanya Winda.
Saat itu kakak teman Azam itu mengenakan babydoll tipis. Azam mengangkang di atas paha Winda yang terbaring di ranjangnya.
“Kenapa? Kakak ga pernah berhenti godain aku… Aku sudah ga tahan!” seru Azam gusar.
Tangannya menjamah payudara kanan Winda dan meremasnya.
“Sekarang Kakak ga bisa ngelarang aku lagi…”
Tadi, ketika dia baru datang, seperti biasa Winda menggoda dan mempermainkannya… tapi kali ini muncul keberaniannya untuk melawan dan meringkus Winda. Azam lebih besar dan kuat, jadi tidak sulit untuknya. Dia juga menemukan tali yang dipakainya mengikat kedua pergelangan tangan Winda ke ranjang.
“Sekarang kita main semauku,” kata Azam dingin.
Dia menyingkap baju Winda, mengungkap sepasang payudaranya. Lalu dia sendiri memelorotkan celana dan memamerkan penis ereksinya di depan mata Winda yang melotot.
“Ayo Kak. Kakak suka kontolku kan?” suruh Azam. Dia merangsek maju, mencengkeram kepala Winda, dan memaksa Winda mengoral kemaluannya.
“Ah? Afhmmm!!” keluh Winda yang tiba-tiba mesti melahap rudal.
“Sekarang ayo isep kontolku! Enak kan Kak? Enak?” seru Azam, puas.
“Ahpf! Nn!!” Mata Winda sampai berkaca-kaca karena kasarnya sodokan Azam.
Tiba-tiba Winda merasa jari-jari Azam merambah kemaluannya. Mereka berdua cukup sering nonton film Saru bersama sehingga Azam sekarang tahu berbagai macam aksi seks.
“Kakak dientot bibirnya kok memeknya basah? Suka ya dibegini’in?” tuduh Azam. “Kalau gitu pasti suka minum peju juga kan? HnghhH!!”
Penis Azam meledak dalam mulut Winda, menyemburkan cairan peju. Sampai tumpah sebagian keluar, barulah Azam menarik keluar kejantanannya dari sana.
“Ehh… Auh…” Winda mengambil nafas.
Tapi Azam belum puas, dia melihat ada satu lagi tempat untuk melampiaskan nafsunya.
“Kak Winda,” kata Azam, “Yang di bawah itu pengen dimasukin juga ya?”
Dia menarik Winda supaya berposisi duduk lalu pindah ke belakang Winda. Dia sudah cukup sering disuruh-suruh Winda dan dia ingin membalas. Kini tangan kanannya merogoh ke selangkangan Winda dan mencubiti klitoris Winda. Tangan satunya lagi memegangi ikatan tangan Winda agar tak menghalangi.
“Kalau Kak Winda mau, ayo bilang. Bilang Kak Winda pengen.
“Oh! Ooh! Ihh!” Winda mengerang-erang keenakan karena klitorisnya dimainkan.Gairah Sex
“Mauuhh… ihh… uhh…” pinta Winda.
“Bilang yang jelas… Yang keras!” perintah Azam.
“Masukin… masukin kontolmu ke memek Kakak…” kata Winda.
Azam langsung mendorong Winda sehingga berposisi nungging. Di belakang pantat yang menggoda itu Azam menahan nafas, memegangi penisnya yang keras… Dia sudah cukup sering menonton di film, sekarang dia akan mencobanya sendiri. Zrepp…Azam merasakan hangat basahnya liang kewanitaan Winda untuk pertama kali. Perempuan itu merintih-rintih ditusuk kejantanan Azam dari belakang, dan Azam memasukinya makin dalam sampai tak bisa maju lagi. Lalu dia mulai menggenjot.
“Ahn! Ah! Enak…!” Winda jelas-jelas menikmati perlakuan Azam, biarpun sebenarnya dia dipaksa oleh Azam. “Dalem banget… zan! Enakh…! Ah!”
“Kakak suka kan?! Ngentot sama aku enak kan!” kata Azam dengan gemas sambil dia menancap-nancapkan senjatanya ke liang kenikmatan itu.
“Ahh! Iyaa! Suka! Suka kontol Irzaann!” Winda sudah menyerahkan tubuhnya untuk diapakan saja oleh teman adiknya itu. “Enak! Nghh! Aduh ga tahan! Mau… mauu…”
“AA~HHH!!” Jerit panjang Winda dan tubuhnya yang menegang karena orgasme lalu bergetar mengagetkan Azam, yang kemudian kehilangan kendali juga dan ikut berorgasme di dalam vagina Winda.
*****
“Hmm!” Winda yang bangkit lebih awal sesudah keduanya ambruk kelelahan, wajahnya terlihat ceria. Azam bingung.
“Hihihi, nggak kira kamu bisa kasar juga akhirnya! Tau nggak, enak tuh dientot paksa kayak tadi. Pancinganku berhasil juga,” kata Winda. Azam bengong. Rupanya selama ini Winda memancing-mancing dia supaya dia tak tahan dan berbuat kelewatan.
“Kapan-kapan kamu harus bisa ganas seperti tadi ya Zan?” kata Winda sambil mencium pipi Azam dengan genit.
Azam cuma bisa melengos. Pada akhirnya dia tetap jadi mainan…
skandal mesum 2016,skandal mesum terupdate,skandal mesum terbaru,skandal mesum,skandal bokep 2016,skandal bokep terupdate,skandal bokep terbaru,skandal bokep,skandal ngentot 2016,skandal ngentot terupdate,skandal ngentot terbaru,skandal ngentot,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar