Anindya, perempuan berumur 30 tahun
nyaris putus asa dalam menjalani hidup ini. Suaminya, Va’at, justru
menjadikannya sebagai seorang pelacur. Ia tak pernah menyangka jika Mas
Va’at tega menjual tubuhnya. Ketika pertama kali berkenalan, dia adalah
laki-laki yang baik dan selalu menjagaku dari berbagai godaan laki-laki
lain. Kami menikah lima tahun yang lalu dan dikarunai seorang anak
laki-laki berusia tiga tahun dan kami beri nama Rizal. Perkawinan kami
mulus-mulus saja sampai Rizal muncul diantara kami. Tentu saja waktuku
banyak tersita untuk mendidik Rizal.
Cerita Sex, Mas Va’at berkerja di perusahaan swasta
yang bergerak dibidang produksi kayu, sedangkan aku hanya tinggal di
rumah. Tetapi aku tidak pernah mengeluh. Aku tetap sabar menjalankan
tugasku sebagai ibu rumah tVa’at sebaik-baiknya. Sebenarnya setiap hari
bisa saja Mas Va’at pulang sore hari. Tetapi belakangan ini dia selalu
pulang terlambat. Bahkan sampai larut malam. Pernah ketika kutanyakan,
kemana saja kalau pulang terlambat. Dia hanya menjawab
“Aku mencari penghasilan tambahan Anin”, jawabnya singkat.
Cerita Dewasa, Mas Va’at makin sering pulang larut
malam, bahkan pernah satu kali dia pulang dengan mulut berbau alkohol,
jalannya agak sempoyongan, rupanya dia mabuk. Aku mulai bertanya-tanya,
sejak kapan suamiku mulai gemar minum-minum beralkohol. Selama ini aku
tidak pernah melihatnya seperti ini. Kadang-kadang ia juga memberikan
uang belanja lebih padaku. Atau pulang dengan membawa oleh-oleh untuk
aku dan Rizal anak kami. Setiap kali aku menyinggung aktivitasnya, Mas
Va’at berusaha menghindari.
“Kita jalankan saja peran masing-masing. Aku cari uang dan kamu yang
mengurus rumah. Aku tidak pernah menanyakan pekerjaanmu, jadi lebih baik
kamu juga begitu”, katanya.
Cerita Mesum, Aku baru bisa menerka-nerka apa
aktivitasnya ketika suatu malam, dia memintaku untuk menjual gelang yang
kupakai. Ia mengaku kalah bermain judi dengan seseorang dan perlu uang
untuk menutupi utang atas kekalahannya, jadi itu yang dilakukannya
selama ini. Sebagai seorang istri yang berusaha berbakti kepada suami,
aku memberikan gelang itu. Toh dia juga yang membelikan gelang itu. Aku
memang diajarkan untuk menemani suami dalam suka maupun duka.
Suatu sore saat Mas Va’at belum pulang, seorang temannya yang mengaku
bernama Dibta berkunjung ke rumah. Kedatangan Dibta inilah yang memicu
perubahan dalam rumah tVa’atku. Dibta datang untuk menagih utang-utang
suamiku kepadanya. Jumlahnya sekitar sepuluh juta rupiah. Mas Va’at
berjanji untuk melunasi utangnya itu. Aku berkata terus-terang bahwa aku
tidak tahu-menahu mengenai utang itu, kemudian aku menyuruhnya untuk
kembali besok saja. Tetapi dengan pandangan nakal dia tersenyum,
“Lebih baik saya menunggu saja Mbak, itung-itung menemani Mbak.”
Aku agak risih mendengar ucapannya itu, lebih-lebih ketika melihat
tatapan liar matanya yang seakan-akan ingin menelanjangi diriku.
“Va’at tidak pernah Cerita kepada saya, kalau ia memiliki istri yang
begitu cantiknya. Menurut saya, sayang sekali bunga yang indah hanya
dipajang di rumah saja” ucap Dibta.
Aku makin tidak enak hati mendengar ucapan rayuan-rayuan gombalnya
itu, Tetapi aku mencoba menahan diri, karena Mas Va’at berutang uang
kepadanya. Dalam hati aku berdoa agar Mas Va’at cepat pulang ke rumah,
sehingga aku tidak perlu berlama-lama menemuinya.
Untung saja tak lama kemudian Mas Va’at pulang. Kalau tidak pasti aku
sudah muntah mendengar kata-katanya itu. Begitu melihat Dibta, Mas
Va’at tampak lemas. Dia tahu pasti Dibta akan menagih hutang-hutangnya
itu. Aku meninggalkan mereka di ruang tamu, Mas Va’at kulihat
menyerahkan amplop coklat. Mungkin Mas Va’at sudah bisa melunasi
hutangnya. Aku tidak dapat mendengar pembicaraannya, namun kulihat Mas
Va’at menunduk dan sesekali terlihat berusaha menyabarkan temannya itu.
Setelah Dibta pulang, Mas Va’at memintaku menyiapkan makan malam. Dia
menikmati sajian makan malam tanpa banyak bicara, Aku juga menanyakan
apa saja yang dibicarakannya dengan Dibta. Aku menyadari Mas Va’at
sedang suntuk, jadi lebih baik aku menahan diri. Setelah selesai makan,
Mas Va’at langsung mandi dan masuk ke kamar tidur, aku menyusul masuk
kamar satu jam kemudian setelah berhasil menidurkan Rizal di kamarnya.
Ketika aku memasuki kamar tidur dan menemaninya di ranjang, Mas Va’at
kemudian memelukku dan menciumku. Aku tahu dia akan meminta ‘jatahnya’
malam ini. Malam ini dia lain sekali sentuhannya lembut. Pelan-pelan Mas
Va’at mulai melepaskan daster putih yang kukenakan, setelah mencumbuiku
sebentar, Mas Va’at mulai membuka bra tipis yang kukenakan dan
melepaskan celana dalamku.
Setelah itu Mas Va’at sedikit demi sedikit mulai menikmati jengkal
demi jengkal seluruh bagian tubuhku, tidak ada yang terlewati. Kemudian
aku membantu Mas Va’at untuk melapaskan seluruh pakaian yang
dikenakannya, sampai akhirnya aku bisa melihat penis Mas Va’at yang
sudah mulai agak menegang, tetapi belum sempurna tegangnya.
Dengan penuh kasih sayang kuraih batang kenikmatan Mas Va’at,
kumain-mainkan sebentar dengan kedua belah tanganku, kemudian aku mulai
mengulum batang penis suamiku dengan lembutnya. Terasa di dalam mulutku,
batang penis Mas Va’at terutama kepala penisnya, mulai terasa hangat
dan mengeras. Aku menyedot batang Mas Va’at semampuku, kulihat Mas Va’at
begitu bergairah, sesekali matanya terpejam menahan nikmat yang
kuberikan kepadanya.
Mas Va’at kemudian membalas, dengan meremas-remas kedua payudaraku
yang cukup menantang, 36B. Aku mulai merasakan denyut-denyut kenikmatan
mulai bergerak dari puting payudaraku dan mulai menjalar keseluruh
bagian tubuhku lainnya, terutama ke vaginaku. Aku merasakan liang
vaginaku mulai terasa basah dan agak gatal, sehingga aku mulai
merapatkan kedua belah pahaku dan menggesek-gesekan kedua belah pahaku
dengan rapatnya, agar aku dapat mengurangi rasa gatal yang kurasakan di
belahan liang vaginaku.
Mas Va’at rupanya tanggap melihat perubahanku, kemudian dengan
lidahnya Mas Va’at mulai turun dan mulai mengulum daging kecil
clitorisku dengan nafsunya, Aku sangat kewalahan menerima serangannya
ini, badanku terasa bergetar menahan nikmat, peluh ditubuhku mulai
mengucur dengan deras diiringi erangan-erangan kecil dan napas tertahan
ketika kurasakan aku hampir tak mampu menahan kenikmatan yang kurasakan.
Akhirnya seluruh rasa nikmat semakin memuncak, saat penis Mas Va’at,
mulai terbenam sedikit demi sedikit ke dalam vaginaku, rasa gatal yang
kurasakan sejak tadi berubah menjadi nikmat saat penis Mas Va’at yang
telah ereksi sempurna mulai bergerak-gerak maju mundur, seakan-akan
menggaruk-garuk gatal yang kurasakan.
Suamiku memang jago dalam permainan ini. Tidak lebih dari lima belas
menit aku berteriak kecil saat aku sudah tidak mampu lagi menahan
kenikmatan yang kurasakan, tubuhku meregang sekian detik dan akhirnya
rubuh di ranjang ketika puncak-puncak kenikamatan kuraih pada saat itu,
mataku terpejam sambil menggigit kecil bibirku saat kurasakan vaginaku
mengeluarkan denyut-denyut kenikmatannya.
Dan tidak lama kemudian Mas Va’at mencapai puncaknya juga, dia dengan
cepatnya menarik penisnya dan beberapa detik kemudian, air maninya
tersembur dengan derasnya ke arah tubuh dan wajahku, aku membantunya
dengan mengocok penisnya sampai air maninya habis, dan kemudian aku
mengulum kembali penisnya sekian lama, sampai akhirnya perlahan-lahan
mulai mengurang tegangannya dan mulai lunglai.
“Aku benar-benar puas Anin, kamu memang hebat”, pujinya. Aku masih bergelayut manja di dekapan tubuhnya.
“Anin, kamu memang istriku yang baik, kamu harus bisa mengerti
kesulitanku saat ini, dan aku mau kamu membantu aku untuk mengatasinya”,
katanya.
“Bukankah selama ini aku sudah begitu Mas”, sahutku. Mas Va’at
mengangguk-angguk mendengarkan ucapakanku. Kemudian ia melanjutkan,
“Kamu tahu maksud kedatangan Dibta tadi sore. Dia menagih utang, dan
aku hanya sanggup membayar setengah dari keseluruhan utangku. Kemudian
setelah lama berbicang-bincang ia menawarkan sebuah jalan keluar
kepadaku untuk melunasi hutang-hutangku dengan sebuah syarat”, ucap Mas
Va’at.
“Apa syaratnya, Mas?” tanyaku penasaran.
“Rupanya dia menyukaimu, dia minta izinku agar kamu bisa menemani dia semalam saja”, ucap Mas Va’at dengan pelan dan tertahan.
Aku bagai disambar petir saat itu, aku tahu arti ‘menemani’ selama
semalam. Itu berarti aku harus melayaninya semalam di ranjang seperti
yang kulakukan pada Mas Va’at. Mas Va’at mengerti keterkejutanku.
“Aku sudah tidak tahu lagi dengan apalagi aku harus membayar
hutang-hutangku, dia sudah mengancam akan menagih lewat tukang-tukang
pukulnya jika aku tidak bisa membayarnya sampai akhir pekan ini”,
katanya lirih.
Aku hanya terdiam tak mampu mengomentari perkataannya itu. Aku masih
shock memikirkan aku harus rela memberikan seluruh tubuhku kepada lelaki
yang belum kukenal selama ini. Sikap diamku ini diartikan lain oleh Mas
Va’at.
“Besok kamu ikut aku menemui Dibta”, ujarnya lagi, sambil mencium
keningku lalu berangkat tidur. Seketika itu juga aku membenci suamiku.
Aku enggan mengikuti keinginan suamiku ini, namun aku juga harus
memikirkan keselamatan keluarga, terutama keselamatan suamiku. Mungkin
setelah ini ia akan kapok berjudi lagi pikirku.
Sore hari setelah pulang kerja, Mas Va’at menyuruhku berhias diri dan
setelah itu kami berangkat menuju tempat yang dijanjikan sebelumnya,
rupanya Mas Va’at mengantarku ke sebuah hotel berbintang. Ketika itu
waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 20.00 malam. Selama hidup baru
pertama kali ini, gairahsex.com aku pergi untuk menginap di hotel.
Ketika pintu kamar di ketuk oleh Mas Va’at, beberapa saat kemudian
pintu kamar terbuka, dan kulihat Dibta menyambut kami dengan hangatnya,
Suamiku tidak berlama-lama, kemudian ia menyerahkan diriku kepada Dibta,
dan kemudian berpamitan.
Dengan lembut Dibta menarik tanganku memasuki ruangan kamar itu. Aku
tertunduk malu dan wajahku terasa memerah saat aku merasakan tanganku
dijamah oleh seseorang yang bukan suamiku. Ternyata Dibta tidak seburuk
yang kubayangkan, memang matanya terkesan liar dan seakan mau melahap
seluruh tubuhku, tetapi sikapnya dan perlakuannya kepadaku tetap tenang,
sehingga dikit demi sedikit rasa grogi yang menyerangku mulai memudar.
Dibta menanyakan dengan lembut, aku ingin minum apa. Kusahut aku
ingin minum coca-cola, tetapi jawabnya minuman itu tidak ada sekarang
ini di kamarnya, kemudian dia mengeluarkan sebotol sampagne dari kulkas
dan menuangkannya sedikit sekitar setengah sloki, kemudian disuguhkannya
kepadaku,
“Ini bisa menghilangkan sedikit rasa gugup yang kamu rasakan sekarang
ini, dan bisa juga membuat tubuhmu sedikit hangat. Kulihat dari tadi
kelihatannya kamu agak kedinginan”, ucapnya lagi sambil menyodorkan
minuman tersebut.
Kuraih minuman tersebut, dan mulai kuminum secara dikit demi sedikit
sampai habis, memang benar beberapa saat kemudian aku merasakan tubuh
dan pikiranku agak tenang, rasa gorgi sudah mulai menghilang, dan aku
juga merasakan ada aliran hangat yang mengaliri seluruh syaraf-syaraf
tubuhku.
Dibta kemudian menyetel lagu-lagu lembut di kamarnya, dan mengajakku
berbincang-bincang hal-hal yang ringan. Sekitar 10 menit kami berbicara,
aku mulai merasakan agak pening di kepalaku, tubuhkupun limlung.
Kemudian Dibta merebahkan tubuhku ke ranjang. Beberapa menit aku rebahan
di atas ranjang membuatku mulai bisa menghilangkan rasa pening di
kepalaku.
Tetapi aku mulai merasakan ada perasaan lain yang mengalir pada
diriku, ada perasaan denyut-denyut kecil di seluruh tubuhku, semakin
lama denyut-denyut tersebut mulai terasa menguat, terutama di
bagian-bagian sensitifku. Aku merasakan tubuhku mulai terangsang,
meskipun Dibta belum menjamah tubuhku.
Ketika aku mulai tak kuasa lagi menahan rangsangan di tubuhku,
nafasku mulai memburu terengah-engah, payudaraku seakan-akan mengeras
dan benar-benar peka, vaginaku mulai terasa basah dan gatal yang
menyengat, perlahan-lahan aku mulai menggesek-gesekkan kedua belah
pahaku untuk mengurangi rasa gatal dan merangsang di dalam vaginaku.
Tubuhku mulai menggeliat-geliat tak tahan merasakan rangsangan seluruh
tubuhku.
Dibta rupanya menikmati tontonan ini, dia memandangi kecantikan
wajahku yang kini sedang terengah-engah bertarung melawan rangsangan,
nafsunya mulai memanas, tangannya mulai meraba tubuhku tanpa bisa
kuhalangi lagi. Remasan-remasan tangannya di payudaraku membuatku tidak
tahan lagi, sampai tak sadar aku melorotkan sendiri pakaian yang
kukenakan. Saat pakaian yang kukenakan lepas, Mata Dibta tak lepas
memandangi belahan payudaraku yang putih montok dan yang menyembul dan
seakan ingin loncat keluar dari bra yang kukenakan.
Tak tahan melihat pemandangan indah ini, Dibta kemudian menggumuliku
dengan panasnya sembari tangannya mengarah ke belakang punggungku, tidak
lebih dari 3 detik, kancing bra-ku telah lepas, kini payudaraku yang
kencang dan padat telah membentang dengan indahnya, Dibta tak mau
berlama-lama memandangiku, dengan buasnya lagi ia mencumbuiku,
menggumuliku, dan tangannya semakin cepat meremas-remas payudaraku,
cairan vaginaku mulai membasahi celana putihku.
Melihat ini, tangan Dibta yang sebelahnya lagi mulai bermain-main di
celanaku tepat di cairan yang membasahi celanaku, aku merasakan nikmat
yang benar-benar luar biasa. Napasku benar-benar memburu, mataku
terpejam nikmat saat tangan Dibta mulai memasuki celana dalamku dan
memainkan daging kecil yang tersembunyi di kedua belahan rapatnya
vaginaku.
Dibta memainkan vaginaku dengan ahlinya, gairahsex.com membuatku
terpaksa merapatkan kedua belah pahaku untuk agak menetralisir
serangan-serangannya, jari-jarinya yang nakal mulai menerobos masuk ke
liang tubuhku dan mulai memutar-mutar jarinya di dalam vaginaku. Tak
puas karena celana dalamku agak mengganggu, dengan cepatnya sekali
gerakan dia melepaskan celana dalamku. Aku kini benar-benar bugil tanpa
tersisa pakaian di tubuhku.
Dibta tertegun sejenak memandangi pesona tubuhku, yang masih
bergeliat-geliat melawan rangsangan yang mungkin diakibatkan obat
perangsang yang disuguhkan di dalam minumanku. Dengan cepatnya selagi
aku masih merangsang sendiri payudaraku, Dibta melepaskan dengan cepat
seluruh pakaian yang dikenakan sampai akhirnya bugil pula. Aku semakin
bernafsu melihat batang penis Dibta telah berdiri tegak dengan kerasnya,
Besar dan panjang.
Kisah Bokep, Dengan cepat Dibta kembali menggumuliku
dengan benar-benar sama-sama dalam puncak terangsang, aku merasakan
payudaraku diserang dengan remasan-remasan panas, dan.., ahh.., akupun
merasakan batang penis Dibta dengan cepatnya menyeruak menembus liang
vaginaku dan menyentuh titik-titik kenikmatan yang ada di dalam liang
vaginaku, aku menjerit-jerit tertahan dan membalas serangan penisnya
dengan menjepitkan kedua belah kakiku ke arah punggungnya sehingga
penisnya bisa menerobos secara maksimal ke dalam vaginaku.
Kisah Sex, Kami bercumbu dengan panasnya, bergumul,
setiap kali penis Dibta mulai bergerak masuk menerobos masuk ataupun
saat menarik ke arah luar, aku menjepitkan otot-otot vaginaku seperti
hendak menahan pipis, saat itu aku merasakan nikmat yang kurasakan
berlipat-lipat kali nikmatnya, begitu juga dengan Dibta, dia mulai
keteteran menahan kenikmatan tak bisa dihindarinya. Sampai pada satu
titik saya sudah terlihat akan orgasme, Dibta tidak menyia-nyiakan
kesempatan itu, dengan hentakan2 penisnya yang dipercerpat.. akhirnya
kekuatan pertahananku ambrol.. saya orgasme berulang-ulang dalam waktu
10 detik.. Dibta rupanya juga sudah tidak mampu menahan lagi serangannya
dia hanya diam sejenak untuk merasakan kenikmatan dipuncak-puncak
orgasmenya dan beberapa detik kemudian mencabut batang penisnya dan
tersemburlan muncratan-muncratan spermanya dengan banyaknya membanjiri
wajah dan sebagian berlelehan di belahan payudaraku. Kamipun akhirnya
tidur kelelahan setelah bergumul dalam panasnya birahi.
Kisah Dewasa, Keesokan paginya, Dibta mengantarku
pulang ke rumah. Kulihat suamiku menerimaku dengan muka tertuduk dan
berbicara sebentar sementara aku masuk ke kamar anakku untuk melihatnya
setelah seharian tidak kuurus.
Kisah Mesum, Setelah kejadian itu, aku dan suamiku
sempat tidak berbicara satu sama-lain, sampai akhirnya aku luluh juga
saat suamiku minta maaf atas kelakuannya yang menyebabkan masalah ini
sampai terjadi, tetapi hal itu tidak berlangsung lama, suamiku kembali
terjebak dalam permainan judi. Sehingga secara tidak langsung akulah
yang menjadi taruhan di meja judi. Jika menang suamiku akan memberikan
oleh-oleh yang banyak kepada kami. Tetapi jika kalah aku harus rela
melayani teman-teman suamiku yang menang judi. Sampai saat ini kejadian
ini tetap masih berulang. Oh sampai kapankah pendeAninaan ini akan
berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar